Sabtu, 22 November 2008

Saatnya Hadapi Krisis Global Dengan Membeli Properti


Jika kita perhatikan data dan angka dari tahun-tahun sebelumnya, bisa dikatakan tidak pernah ada sejarah properti sebesar sekarang. Tengok saja, kapitalisasi penjualan perumahan dari 121 ribu tahun 2002, sekarang 236 ribu. Itu belum termasuk rusunami, kondominium dsb. Dari nilai kapitalisasi pasar, Rp.12 triliun tahun 2002 kini menjadi Rp.58 triliun di 2008. (Data Pusat Studi Properti Indonesia,2008).

Dengan ketahanan properti seperti ini, baiklah kita ambil hikmahnya bagi bisnis properti. Ia menjadi seperti sebuah sinyal bagi pasar di Indonesia, agar kita menguatkan lagi sektor properti sebagai monopoli investasi yang paling aman di Indonesia.

Bayangkan saja kalau setiap kita diberikan jaminan pemerintah Rp.2 miliar. Uang ini kita depositokan, dengan bunga sekitar 10% sesuai SBI. Nah sekarang bandingkan dengan inflasi tahun ini sekitar 12,5%. Berarti ini terjadi minus 2,5%. Belum lagi kalau dikenakan pajak 10%, minus lagi 2%, jadi total minus 4,5%. Sehingga, seperti kata Panangian, sepintar-pintarnya orang pintar, lebih pintar kalau dia memutuskan untuk investasi di properti. Kenapa..? semennya naik 10%, harga jual naik menjadi 20%, kalau lokasinya bagus maka akan naik 10%, jadi rata-rata harga perdana dibandingkan dengan harga jual kemnbali, naik sekitar 40%-50%. Itu yang terjadi di industri properti di Indonesia. Ini tidak terjadi di Singapura, tidak terjadi di Vietnam, atau dimana-mana, hanya di Indonesia. Dampak psikologisnya ada, tapi tidak akan bertahan lama.

Sehingga, dalam kondisi begini, sepatutnya kita tidak harus pesimis. Bahkan, harus menjadi keyakinan bersama, bahwa beli properti di Indonesia itu soal kesempatan. Jangan tunggu dan tunda, kalau bisa beli hari ini, belilah hari ini dengan suku bunga berapapun.

Karena apa...? karenanya kita mengamankan keuntungan 20%, sementara kita hanya rugi satu persen kalau bunganya naik. Jadi beli rumah di Indonesia itu hanya soal kesempatan. (Panangian Simanungkalit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar